Tipe atau Bentuk Dan Struktur atau Skema Organisasi


MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM
TENTANG
TIPE ATAU BENTUK DAN STRUKTUR ATAU SKEMA ORGANISASI


KELOMPOK               :  4
NAMA KELOMPOK   :
1.   LULU AMALINA HIKMAH
2.   MONICCA ESTER GURNING
3.   NISSA EKO OKTAVIANI
4.   PUTRI PRISTIASILA
5.   RIZKY AMALIA IBADILLAH
6.   SHAULA AYUNING DIAN
KELAS : 2KA29

UNIVERSITAS GUNADARMA
2015/2016





KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Teori Organisasi Umum, mengenai Tipe, Bentuk, Struktur dan Skema Organisasi.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan agar kesalahan yang terdapat dalam makalah ini bisa dimaklumi karena kami masih terus belajar untuk membuat makalah agar lebih sempurna. Dan juga makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kami dan yang membacanya, sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.



Jakarta, 10 November 2015

Penyusun









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3
            1.1 Latar Belakang  .............................................................................3
            1.2 Rumusan Masalah ........................................................................3
            1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................5
            2.1 Pengertian Organisasi...................................................................5
            2.2 Tipe atau Bentuk Organisasi.........................................................5
            2.3 Struktur atau Skema Organisasi..................................................14
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17
            3.1 Kesimpulan ................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18       



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Struktur Organisasi adalah keseluruhan dari tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam fungsi-fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan harmonis, yakni diarahkan dan dikembangkan secara terus menerus pada suatu tujuan tertentu menuju kondisi optimal. Struktur suatu organisasi digambarkan dalam bentuk suatu skema organisasi atau organigram, yaitu suatu lukisan grafis yang menjelaskan berbagai hubungan organisatoris, baik vertikal maupun horizontal, terbagi antar bagian maupun antar individu. Dengan kata lain, organigram memberikan gambaran tentang struktur personalia, yakni penempatan individu-individu pada posisi-posisi yang ada dalam suatu organisasi. Hal ini dimasukkan untuk menentukan siapa-siapa yang memegang tampuk pimpinan, apa dan kepada siapa tugas, wewenang, tanggung jawab, serta posisi diberikan.
            Penyusunan struktur organisasi perlu dilandasi oleh ide dan imajinasi yang memungkinkan berkembangnya diri individu yang akan menangani permasalahan organisasi. Analisis faktor-faktor relevan yang berpengaruh terhadap pengaturan rumah tangga perusahaan secara efektif dan efisien, akan melahirkan teori-teori, yang didasarkan pada hipotesis kerja tertentu yang berkenaan dengan pelaksanaan yang efektif dan efisien dari kegiatan organisatoris, termasuk didalamnya mengenai “ perilaku manusia “ dalam organisasi. Teori-teori itu dapat dikelompokkan kedalam konsep-konsep dan cara pendekatan yang berkenaan dengan struktur ( bentuk organisasi ) dan proses-proses ( tata kerja organisasi ).
            Struktur menggambarkan kaitan antarorgan dalam suatu organisasi, sedangkan proses menggambarkan kumpulan tahap-tahap kegiatan yang teratur dan saling memiliki ketergantungan. Secara garis besar teori organisasi klasik (tradisional) dan teori organisasi modern. Pada hakikatnya perbedaan antara kedua teori organisasi tersebut tidak terletak pada struktur atau bentuk organisasinya, namun secara hakiki terletak pada sudut pandang mengenai “Perilaku Manusia” dalam organisasi dimana dalam teori organisasi modern, “Kepemimpinan” dapat diterapkan sebaik-baiknya.
Dalam pendekatannya, teori klasik lebih bersifst struktural dan memiliki ciri-ciri tekhnik ekonomis dimana individu akan selalu berusaha memuaskan kebutuhannya secara rasional atau yang secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, perilaku individu dalam organisasi hanya akan dipengaruhi oleh “Stimulus financial” (Imbalan materi). Jadi, nilai perilaku individu dalam organisasi ditentukan oleh balas jasa upah yang diterimanya ( Individu diibaratkan sebagai “mesin yang berpikir”).
Pada teori klasik, sistem pengupahan yang adil didasarkan kepada besaran produk yang dihasilkan, dapat diukur dan dapat dihitung secara nyata dan ditujukan bagi kepentingan terpenuhinya kebutuhan individu maupun organisasi (bersifat harmonis). Hal ini berarti, makin besar prestasi yang dicapai makin besar upah yang diperoleh para pekerja.
Berdasarkan struktur organisasi dapatlah dibedakan berbagai stel-stel organisasi yang merupakan pola dasar organisasi. Namun, dalam penerapannya pola ini jaraang atau tidak dianut secara murni, melainkan merupakan sesuatu kombinasi dan secara evolusi senantiasa mengalami perubahan didasarkan pada “kondisi objektif” yang dihadapi oleh organisasi tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.  Pengertian Organisasi?
2.  Bagaimana tipe atau bentuk pada organisasi?
3.  Bagaimana struktur atau skema pada organisasi?
1.3 TUJUAN MASALAH
1.  Untuk mengetahui pengertian Organisasi.
2.  Untuk mengetahui Tipe atau Bentuk pada Organisasi.
3.  Untuk mengetahui Struktur atau Skema pada Organisasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Organisasi
Organisasi adalah hasil dari penciptaan kerjasama yang efisien antara orang dan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam pengertian yang lebih modern, organisasi memiliki makna sebagai keseluruhan hubungan diantar orang-orang yang secara disadari atau tidak, disengaja atau tidak, bekerja sama untuk memajukan kepentingan-kepentingan pribadi mereka melalui pencapaian tujuan tertentu.
2.2 Tipe atau Bentuk Organisasi
Tipe Organisasi Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi yang sudah diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja. Pada saat ini Tipe atau Bentuk Organisasi terdapat 6 bentuk organisasi yang perlu diperhatikan.
Ø  ORGANISASI GARIS
Organisasi garis (hierarki) yang di pelopori H.Fayol merupakan stelsel organisasi yang tertua. Ciri khas struktur organisasi ini ialah pelaksanaan perintah berjalan secara vertical mengikuti garis instruksi dari atas ke bawah. Dalam hal ini, setiap perintah di salurkan melalui garis, yang secara keseluruhan membentuk garis fungsionaris.
            Pada kenyataannya, pengaturan yang demikian memang amat memadai dalam penyusunan jenjang kegiatan organisasi dan oleh karenanya sering menjadi dasar bagi pengaturan organisasi yang lainnya; Bentuk bagannya seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut ini.
 
Ciri – ciri utama Organisasi garis adalah :
● Adanya kesatuan pimpinan, yang berarti setiap partisipan dalam organisasi di pimpin oleh seorang pemimpin yang berada langsung di atasnya;
● Adanya hierarki kekuasaan yang jelas, yang berarti setiap individu dalam organisasi adalah pemimpin dari tenaga kerja yang berada di bawahnya, dan menjadi pelaksana terhadap atasannya.
Susunan hierarki kekuasaan ini akan menimbulkan masalah delegasi serta pengaturan yang berkaitan dengan tugas, wewenang, dan pertanggungjawaban. Delegasi adalah”Pelimpahan tugas(wewenang dan tanggung jawab)kepada individu – individu yang ada di bawahnya”, wewenang adalah “Hak atau kekuasaan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, yang di peroleh baik secara hokum, kekuasaan, pengetahuan, ataupun pengalaman”. Pada batas – batas tertentu, dalam suatu wewenang terkandung kesempatan untuk mengembangkan inisiatif atau dengan kata lain individu dapat mengambil suatu tugas yang akan di laksanakan. Pertanggung jawaban berarti dapat dimintai tanggung jawab, dengan kata lain dapat memberikan pembenaran diri atas perbuatan atau situasi yang telah di ciptakannya.
            Kaitan diantara delegasi, wewenang, dan tanggung jawab dapat terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Garis Kekuasaan(Wewenang)                                   Garis Pertanggungjawaban  

-                                                                                                    -
-                                                                                                    -
-                                                                                                    -
-                                                                                                    -
-                                                                                                    -
   (Delegasi)                                                                        (tanggung jawab)
Gambar 2.2 Hubungan delegasi, wewenang dan tanggung jawab
Organisasi garis memiliki kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai berikut:
Kebaikan-Kebaikan:
·         Strukturnya sederhana, jelas , dan mudah terlihat secara menyeluruh.
·         Hierarki kekuasaannya jelas serta lebih terpusatnya pengawasan pelaksanaan tugas.
·         Adanya kejelasan pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan tugas.
·         Pucuk pimpinan senantiasa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang menyeluruh terhadap orang yang di pimpinnya (yang paling lengkap).
Kelemahan-kelemahan:
·         Adanya persyaratan bahwa setiap perintah dan laporan (pertanggungjawaban) harus menempuh hierarki kekuasaan yang biasanya panjang, sehingga dapat menimbulkan kekakuan dan birokratisme;
·         Pimpinan yang otokratis akan mudah menghambat kegiatan-kegiatan yang inovatif dan bawahan;
·         Melimpah dan beraneka-ragamnya pekerjaan akan menimbulkan beban kerja secara berlebihan pada pucuk pimpinan;
·         Tidak adanya hubungan horizontal, akan menimbulkan kesulitan untuk melakukan koordinasi diantara setiap bagian yang setingkat. Untuk memecahkan masalah ini diadakan hubungan paralel (passerelle) yang memungkinkan terlaksananya hubungan horizonntal (secara insidental) atas sepengetahuan pucuk pimpinan.
Perlu diperhatikan disini bahwa pemusatan pengawasan oleh pucuk pimpinan memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam “daya jangkau” dan “daya penanganan’.
            Daya jangkau pemimpin melliputi para bawahan yang langsung dipimpinnya, sedangkan daya penanganan meliputi kemampuan pimpinan dalam mengarahkan para bawahannya secara efektif dan efisien. Dahulu, dalam kaitannya dengan organisasi garis ini, perhatian orang dicurahkan terutama pada dimensi horizontal yang berkenaan dengan aspek scope of control, namun dewasa ini dimensi vertikal mendapat perhatian pula berkenaan dengan sampai sejauh mana pimpinan mampu mengatur dan mempengaruhi kegiatan organisasi melalui hierarki kekuasaan yang ada. Ini berarti pencurahan perhatian pada “aspek komunikasi”.
            Jelaslah disini bahwa faktor-faktor seperti volume dan sifat pekerjaan, diferensiasi atau spesialisasi kegiatan organisasi memegang peranan penting dalam memcahkan masalah keterbatasan daya penanganan. Untuk menghilangkan keterbatasan daya penanganan pimpinan, dapat dilakukan penyesuaian struktur organisasi sebagai berikut :
·         Menyisipkan satu tingkat pimpinan baru;
·         Menempatkan seorang asisten dalam hierarki kekuasaan yang berfungsi melaksanakan tugas pimpinan;
·         Memperluas struktur organisasi baik kedalam bentuk “fungsional” maupun ke dalam bentuk “garis dan staf”.

Ø  ORGANISASI FUNGSIONAL
F.W Taylor dapar dianggap sebagai penemu organinsasi fungsional yang dikenal juga dengan scientific management. Pengaturan organisasi fungsional ini dibangun oleh Taylor beranjak dari pengamatannya terhadap kelemahan-kelemahan organisasi garis yang bersifat kaku serta yang berkaitan dengan msalah daya penanganan. Tugas pimpinan menjadi terlalu luas serta mengandung keanekaragaman jenis dan nilai pekerjaan. Tidak seperti halnya Fayol, pengaturan organisasi yang dibangun oleh Taylor memusatkan pendekatannya pada pimpinan ditempat-tempat kerja (apa yang disebut shop management). Jadi, Taylor lebih memusatkan pendekatannya pada tingkat bawah organisasi dan hasil-hasil penemuan penelitian ilmiahnya dikenal dengan time and motion study (studi waktu dan gerak) dan material study (studi penggunaan bahan).
            Ciri-ciri dari organisasi fungsional adalah sebagai berikut :
·         Adanya pemisahan antara pimpinan bagian perencanaan (planning) dan pelaksanaan (ditempat kerja), dengan tujuan membebaskan mandor kerja dan mandor kelompok dari pekerjaan-pekerjaan administratif.
·         Adanya hubungan langsung antara bagian perencanaan dan petugas pelaksana, sehingga setiap petunjuk dan pengarahan dapat disampaikan langsung kepada para pelaksana tanpa melalui pimpinan pelaksanaan.
·         Adanya pembagian tugas pimpinan yang berkaitan dengan pengawasan pelaksanaan pekerjan.
Sistem Taylor dapat dikategorikan sebagai diferensiasi horizontal berdasarkan fungsi-fungsi yang ada, dimana struktur organisasi deikelompokkan kedalam :
a. Tiga orang mandor perencana yang terdiri :
·         Penyiap kerja (order of work and route lerk/OR) yang bertugas menetapkan tahap-tahap pelaksanaan kerja seperti urutan kerja, mesin-mesin, dan bahan-bahan yang diperlukan;
·         Penulis kartu kerja (instruction card clerk/IC), yang bertugas menyusun kartu-kartu instruksi (Uraian tugas) secara terinci berdasarkan rencana kerja yang telah disusun
·         Penghitung waktu dan biaya (time and cost clerk/TC) yang bertugas menetapkan biaya-biaya berdasarkan waktu kerja dan penggunaan faktor-faktor produksi.
b. Empat orang mandor pelaksana yang terdiri dari:
·         Mandor kelompok (gangboss/GB), yang bertugas melaksanakan segala persiapan bagi kelancaran jalanannya produksi seperti mempersiapkan mesin-mesin dan penyediaan bahan-bahan;
·         Mandor pelaksana kerja (speedboos/SB), yang bertugas memimpin jalannya pekerjaan, memberikan penjelasan yang diperlukan dan terutama mengawasi kecepatan jalannya pekerjaan;
·         Inspektur (inspector/IN), yang bertugas memperhatikan kualitas produk;
·         Mandor pemeliharaan (repairboss/RB), yang bertugas memelihara dan memperbaiki peralatan pabrik.
Disamping ketujuh mandor tersebut terdapat pula mandor tata-tertib kerja (disciplinarian) yang bertugas disamping mengawasi ketertiban dan kelancaran jalannya pekerjaan, juga memberikan saran dalam penerimaan kerja. Dengan kata lain, ia berfungsi sebagai penanggung jawab umum dalam hal yang berkaitan dengan kepegawaian, baik pada bagian perencanaan maupun bagian pelaksaa, karenanya seperti terlihat pada Gambar 2.3 ia berfungsi sebagai “mediator” dari kepala bagian.
 








                                                         ...................................................................        Pelaksana

Gambar 2.3 Bagan struktur organisasi fungsional
Sistem organisasi fungsional ini menurut Taylor telah gagal dalam mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada organisasi garis disebabkan oleh prinsip-prinsip analisis kerjanya lebih ditujukan untuk mengelompokkan daripada mengintegrasikan pelaksaan kerja. Memang, kegiatan perencanaan dan pelaksaan pada hakikatnya merupakan bagian tersebut dari suatu tugas tertentu, namun secara organisatoris konsekuensi yang akan dihadapi dengan memisahkan kegiatan pimpinan ke dalam tugas-tugas tertentu, pada umunya akan menimbulkan masalah koordinasi yang dulit diatasi.
Namun demikian, sistem Taylor ini telah merangsang ide-ide dalam menangani organisasi. Dalam hal pelaksaan teknis seperti penggunaan kartu-kartu instruksi, telah memeperlihatkan hasil yang memuaskan. Di sini dari bagian perencanaan para pekerja menerima kartu-kartu dimana mereka harus “mencatat” awal dan akhir pelaksaan suatu tugas tertentu dan bahan-bahan yang telah dipergunakan, yang semuanya ini akan dijadikan dasar bagi perhitungan harga pokok. Selanjutnya, dalam hal pengorganisasian kegiatan prodiksi, telah diterpakan berbagai stelsel dimana hubungan fungsional lebih jelas terlihat seperti apa yang tampakn pada gambar 2.4 .


 






                                                 

Gambar 2.4 bagan organisasi fungsional kegiatan produksi
Kebaikan dari pengaturan organisasi fungsional adalah dimungkinkannya pembagian kerja didasarkan tingkat spesialisasi ini antara lain meliputi:
·         Tidak adanya kesatuan perintah yang mengakibatkan pengambilan keputusan dan pengawasan kurang teramati secara menyeluruh;
·         Ketidakjelasan dalam pembagian tugas secara fungsional akan menghambat kelancaran organisasi
·         Terlalu menekan inisiatif yang datang dari para pelaksana.

Ø  ORGANISASI GARIS DAN STAF
Agar kesatuan perintah dapat dipertahankan, serta daya penanganan pimpinan dapat diperluas, H. Emerson telah menyusun stelset organisasi garis dan staf, yakni suatu organisasi garis yang dilengkapi dengan staf ahli, yang disusun sebagai fungsionaris staf.
 









Bagan organisasi garis dan staf
Organisasi garis dan staf memiliki pula kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai berikut:
·         Kesatuan perintah dapat terus dipertahankan;
·         Para fungsionaris garis dapat mencurahkan perhatiannya pada beberapa aspek tertentu yang dianggap penting.
Kelemahan-kelemahannya, antara lain:
·         Tidak tertutup kemungkinan para staf ahli bertinda diluar batas kewenangan sebagai pemberi nasihat, terutama dalam menangani hal-hal yang sangat spesifik dan kompleks, akan mengakibatkan fungsionaris staf dapat berperan sebagai fungsionaris garis;
·         Ada kemungkinan nasihat-nasihat yang diberikan bersifat terlalu teoritis sehingga sulit untuk bisa diterapkan, terutama dalam kondisi dimana fungsionaris garis selalu ingin mengukuhkan otoritasnya, sehingga para staf ahli terpaksa memberian dukungan dengan menyampaikan abstraksi teoritisnya.
Untuk mengatasi permasalahan pada butir pertama diatas, disini wewenang staf dapat dialihkan menjadi wewenang fungsional terhadap fungsionaris garis. Keadaan ini terutama didorong dalam menghadapi situasi yang kompleks, dibutuhkannya pengetahuan yang spesifik yang dalam praktiknya sering terjadi bila bagian tertentu organisasi dirasakan kegunaannya oleh yang lainya (bagian personalia dan administrasi pusat). Dalam hal ini, wewenang fungsional mengandung dua aspek, yaitu:
·         Kewajiban untuk memberikan saran-saran tanpa diminta terlebih dahulu;
·         Hak untuk memberikan instruksi (yang dianggap mendesak) bagi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan tertentu kepada individu-individu atau bagian-bagian yang tidak secara langsung berada dbawah kewenangannya, seperti adanya instruksi mengenal ketentuan untuk melaksanakan kebijakan atau cara kerja tertentu dalam rangka mencapai suatu uniformitas pelaksanaan kerja.

                        Perlu diperhatikan pola dalam wewenang fungsional ini, para staf hanya bertanggung jawab terhadap “mutu” dari instruksi yang diberikan dan berkaitan dengan pelaksana pekerjaan dari instruksi tersebut. Jika penggunaan wewenang fungsional ini acapkali diterapkan, maka hal ini disebut sebagai stelsel organisasi garis dan staf fungsional. Seperti terlihat pada gambar berikut:

Ø  SISTEM KOMITE
            Sejalan dengan semakin bertambahnya permasalahan kompleksitas organisasi yang diikuti dengan bertambahnya jumlah para fungsionaris garis dan staf (fungsional), maka timbulah kebutuhan perlunya musyawarah bersama dimana situasi dan kondisi yang ada dalam stelsel-stelsel yang telah dibahas dapat diperbaiki sehingga perkembangan organisasi dapat direncanakan dengan lebih baik lagi.
            Musyawarah bersama dilaksanakan dalam bentuk komite atau komisi yang bertugas membahas permasalahan organisasi, atau menentukan kebijakan dalam meghadapi situasi tertentu, baik secara periodik maupun pada masa-masa kritis atau insidentil. Komisi-komisi ini pada hakikatnya tidak merupakan stelsel yang berfungsi mandiri, namun melalui jangka waktu panjang dapat memiliki pola struktur tertentu. Komisi-komisi ini dapat berbentuk antara lain:
·         Kelompok kerja yang terdiri dari individu-individu dari berbagai fungsi organisasi untuk pengambilan keputusan bersama. Kelompok kerja ini dapat disusun secara horizontal (pada tingkat hierarki yang sama), vertikal (pada tingkat hierarki yang berbeda) ataupun kombinasi dari keduanya.
·         Kelompok studi yang dibentuk secara temporer dan bertugas meneliti masalah-masalah tertentu yang sudah diagendakan, untuk kemudian diajukan pada pimpinan dalam bentuk saran-saran.
·         Kelompok penghubung yang bertugas untuk memperbaiki dan meningkatkan koordinasi pelaksanaan pekerjaan dari berbagai bagian, misalnya komisi produk.
·         Kelompok instruksi yang bertugas menyusun kelompok-kelompok instruksi dengan maksud mempersiapkan para pegawai memasuki sistem kerja otomatisasi.
·         Kelompok pengarah atau komisi proyek yang sering ditemui jika perusahaan ingin mengubah sistem pekerjaan (otomatisasi), sistem organisasi (reorganisasi) maupun perluasan organisasi intern-ekstern
Istilah “komisi” dalam organisasi masih memiliki citra yang kurang baik, terutama akhir-akhir ini banyak orang yang menganggap pembentukan komisi hanyalah sekedar dalih untuk mengalihkan perhatian orang dari permasalahan yang sesungguhnya. Namun demikian, hal ini sangat bergantung pada apa yang diharapkan atau dituju organisasi “komisi” tersebut.
Agar sistem komisi dapat berfungsi dengan baik, ada beberapa persyaratan pokok yang perlu dipenuhi, yakni:
·         Tujuan komisi harus diuraikan dengan jelas.
·         Adanya pembatasan kelompok yang jelas.
·         Komposisi anggota kelompok harus seimbang serta jumlahnya dibatasi (5-7 orang).
·         Adanya tenaga inti yang tetap dalam kelompok.
Sistem komisi mengandung pula kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai berikut:
Kebaikan-kebaikannya antara lain:
·         Memperluas wawasan analisis.
·         Meningkatkan koordinasi dan kontinuitas organisasi.
·         Memberikan peluang penanganan masalah yang lebih ke integrasi.
Kelemahan-kelemahannya antara lain:
·         Adanya peningkatan biaya.
·         Terlalu banyak kompromi oleh karenanya, secara periodik efektivitas musyawarah perlu dievaluaso.

Ø  ORGANISASI MATRIKS
            Sistem organisasi yang dibangun berdasarkan struktur komisi secara terus-menerus dikenal dengan nama “organisasi matriks” dan umumnya dijumpai pada badan-badan usaha yang memiliki beberapa satuan kegiatan produksi yang bersifat otonom. Tujuan pokok dari organisasi matriks adalah untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam stelsel organisai garis sebagai akibat “langkanya” koordinasi antarbagian, terutama dalam kegiatan proses produksi.
            Pada sistem matriks ini, disamping sebagaimana biasanya  secara vertikal struktur organisasi disusun berdasarkan pemilahan fungsi-fungsi yang ada (diferensiasi), juga secara horizontal diadakan jaringan hubungan tetap antar fungsionaris yang bertanggung jawab terhadap produk-produk atau proyek-proyek tertentu. Disamping itu, mudah terjalin “alih pengetahuan dan pengalaman” dari satu proyek ke proyek lain.
            Dengan demikian, sistem ini memiliki bentuk seperti halnya pada model matriks ilmu pasti yang menggambarkan hubungan-hubungan sejumlah faktor tertentu yang terdapat dalam kaitan ini. Di satu pihak menggambarkan diferensiasi fungsional, dan dipihak lain terdapatnya keterlibatam para ahli dalam penanganan proyek atau produk tertentu.
            Pimpinan proyek dalam melaksanakan tugasnya meminta bantuan individu-individu yang berada pada bagian fungsional (walaupun tidak seluruhnya). Dengan demikian, individu-individu tersebut yang terlihat dalam kelompok proyek ini memiliki dua atasan, yakni pimpnan proyek (diproyek) dan pimpinan fungsionaris (dibagian). Dalam hal ini kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap pihak sangat diperlukan agar terciptanya kelancaran kerja. Sistem matriks mengandung pula kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut:
Kebaikan-kebaikannya antara lain :
·         Adanya fleksibilitas, dimana stelsel ini dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan volume kesibukan organisasi dalam mengelola proyek-proyeknya.
·         Penempatan tenaga fungsional dapat lebih terkoordinasi dengan lebih baik.
·         Proses pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat.
·         Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dan pengeluaran biaya dapat lebih terkendali.
Kelemahan utamanya adalah tidak adanya kesatuan perintah. Namun, pada hakikatnya tidak ada satu pun stelsel organisasi yang dapat berfungsi sebagai alat pemecahan masalah jika tidak didukung oleh kesiapan dan kesediaan para partisipannya.
2.3 Struktur atau Skema Organisasi

Struktur organisasi adalah sekumpulan komponen-komponen (unit-unit kerja) yang telah disusun dalam organisasi. Struktur organisasi berguna untuk menunjukkan adanya beberapa pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda agar bisa dikoordinasikan . Selain itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur Organisasi juga merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, yang berhubungan dengan fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk mencerminkan mekanisme-mekanisme formal pada pengelolaan organisasi

Menurut Keith Davis ada 6 bagan bentuk struktur organisasi yaitu :

1.Bentuk Vertikal

Dalam bentuk ini, sistem organisasi pimpinan sampai organisasi atau pejabat yang lebih rendah digariskan dari atas ke bawah secara vertikal.

2.Bentuk Mendatar / Horizontal

Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun atau digariskan dari kiri kea rah kanan atau sebaliknya.

3.Bentuk Lingkaran

Dalam bentuk lingkaran, saluran wewenangnya dari pucuk pimpinana sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran ke aarah bidang lingkaran.

4.Bentuk Setengah Lingkaran

Dalam bentuk ini, saluran wewenang dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran kea rah bidang bawah lingkaran atau sebaliknya

5.Bentuk Elliptical

Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah digambarkan dengan pusat Elips kearah bidang elips

6.Bentuk Piramid terbalik

Dalam bentuk ini, saluran wewenang dari pucuk pimpinan sampai dengan organisasi atau pejabat terendah digambarkan dalam susunan berbentuk piramid terbalik.
Skema atau bagan organisasi adalah suatu lukisan tentang organisasi yang dimaksudkan untuk menggambarkan susunan dari organisasi baik mengenai fungsi, bidang, tingkatan maupun rentang kendalinya.

Macam-macam Skema Organisasi:

1. Skema Organisasi Fungsional: Dalam skema organisasi fungsional, menjelaskan tentang letak dari fungsi-fungsi tugas dalam hubungannya dengan fungsi-fungsi yang lain.

2. Skema Organisasi Jabatan Dalam skema organisasi jabatan, menjelaskan tentang garis wewenang yang harus dianut sesuai dengan jabatan masing-masing.

3. Skema Organisasi Nama Dalam skema organisasi nama, menjelaskan tentang garis wewenang yang harus dianut sesuai dengan nama-nama para pejabat yang bersangkutan.

4. Skema Organisasi Nama dan Jabatan Dalam skema organisasi nama dan jabatan, menggabungkan antara masing-masing jabatan dengan masing-masing nama para pejabat dalam suatu organisasi.

5. Skema Organisasi Struktur Dalam skema organisasi truktur, menjelaskan tingkatan jenjang antara unit-unit dalam organisasi tersebut

Berdasarkan teknik atau cara membuatnya:

1. Skema organisasi Tegak Lurus dari atas kebawah
2. Skema organisasi Mendatar dari kiri kekanan
3. Skema organisasi gabungan Tegak Lurus dan Mendatar
4. Skema Organisasi Lingkaran
5. Skema Organisasi Gambar




BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
          Organisasi adalah hasil dari penciptaan kerjasama yang efisien antara orang dan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam pengertian yang lebih modern, organisasi memiliki makna sebagai keseluruhan hubungan diantar orang-orang yang secara disadari atau tidak, disengaja atau tidak, bekerja sama untuk memajukan kepentingan-kepentingan pribadi mereka melalui pencapaian tujuan tertentu.
          Tipe Organisasi Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi yang sudah diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Struktur organisasi adalah sekumpulan komponen-komponen (unit-unit kerja) yang telah disusun dalam organisasi. Struktur organisasi berguna untuk menunjukkan adanya beberapa pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda agar bisa dikoordinasikan . Selain itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan. 

  

DAFTAR PUSTAKA

Widyatmini & Izzati A, Pengantar Organisasi & Metode, Jakarta: Gunadarma, 1996.
Prof. Dr. Faisal Afiff, Spec. Lic. Prof. Dr. R. Paemeleire. L. Uytterschaut, Seluk Beluk Organisasi Perusahaan Modern, Bandung: PT Eresco, 1994.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

3rd ASSIGNMENT (Bahasa Inggris Bisnis 2)

Aplikasi Absensi Siswa Menggunakan Sidik Jari

MAKALAH TOOLS IT FORENSIK