Tipe atau Bentuk Dan Struktur atau Skema Organisasi
MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM
TENTANG
TIPE ATAU BENTUK DAN STRUKTUR ATAU SKEMA ORGANISASI
KELOMPOK : 4
NAMA KELOMPOK :
1. LULU AMALINA HIKMAH
2. MONICCA ESTER GURNING
3. NISSA EKO OKTAVIANI
4. PUTRI PRISTIASILA
5. RIZKY AMALIA IBADILLAH
6. SHAULA AYUNING DIAN
KELAS : 2KA29
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Teori Organisasi Umum, mengenai
Tipe,
Bentuk, Struktur dan Skema Organisasi.
Adapun makalah ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka kami mengharapkan agar kesalahan yang terdapat dalam makalah ini bisa
dimaklumi karena kami masih terus belajar untuk membuat makalah agar lebih
sempurna. Dan juga makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kami dan yang
membacanya, sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Jakarta,
10 November 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................1
DAFTAR
ISI.....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3
1.1 Latar Belakang .............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
..................................................................................5
2.1 Pengertian Organisasi...................................................................5
2.2 Tipe atau Bentuk Organisasi.........................................................5
2.3 Struktur atau Skema Organisasi..................................................14
BAB III PENUTUP
....................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Struktur
Organisasi adalah keseluruhan dari tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam
fungsi-fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan harmonis, yakni
diarahkan dan dikembangkan secara terus menerus pada suatu tujuan tertentu
menuju kondisi optimal. Struktur suatu organisasi digambarkan dalam bentuk
suatu skema organisasi atau organigram, yaitu suatu lukisan grafis yang
menjelaskan berbagai hubungan organisatoris, baik vertikal maupun horizontal,
terbagi antar bagian maupun antar individu. Dengan kata lain, organigram
memberikan gambaran tentang struktur personalia, yakni penempatan
individu-individu pada posisi-posisi yang ada dalam suatu organisasi. Hal ini
dimasukkan untuk menentukan siapa-siapa yang memegang tampuk pimpinan, apa dan
kepada siapa tugas, wewenang, tanggung jawab, serta posisi diberikan.
Penyusunan struktur organisasi perlu
dilandasi oleh ide dan imajinasi yang memungkinkan berkembangnya diri individu
yang akan menangani permasalahan organisasi. Analisis faktor-faktor relevan
yang berpengaruh terhadap pengaturan rumah tangga perusahaan secara efektif dan
efisien, akan melahirkan teori-teori, yang didasarkan pada hipotesis kerja
tertentu yang berkenaan dengan pelaksanaan yang efektif dan efisien dari
kegiatan organisatoris, termasuk didalamnya mengenai “ perilaku manusia “ dalam
organisasi. Teori-teori itu dapat dikelompokkan kedalam konsep-konsep dan cara
pendekatan yang berkenaan dengan struktur ( bentuk organisasi ) dan
proses-proses ( tata kerja organisasi ).
Struktur menggambarkan kaitan
antarorgan dalam suatu organisasi, sedangkan proses menggambarkan kumpulan
tahap-tahap kegiatan yang teratur dan saling memiliki ketergantungan. Secara
garis besar teori organisasi klasik (tradisional) dan teori organisasi modern.
Pada hakikatnya perbedaan antara kedua teori organisasi tersebut tidak terletak
pada struktur atau bentuk organisasinya, namun secara hakiki terletak pada
sudut pandang mengenai “Perilaku Manusia” dalam organisasi dimana dalam teori
organisasi modern, “Kepemimpinan” dapat diterapkan sebaik-baiknya.
Dalam
pendekatannya, teori klasik lebih bersifst struktural dan memiliki ciri-ciri
tekhnik ekonomis dimana individu akan selalu berusaha memuaskan kebutuhannya
secara rasional atau yang secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan. Oleh
karena itu, perilaku individu dalam organisasi hanya akan dipengaruhi oleh
“Stimulus financial” (Imbalan materi). Jadi, nilai perilaku individu dalam
organisasi ditentukan oleh balas jasa upah yang diterimanya ( Individu
diibaratkan sebagai “mesin yang berpikir”).
Pada
teori klasik, sistem pengupahan yang adil didasarkan kepada besaran produk yang
dihasilkan, dapat diukur dan dapat dihitung secara nyata dan ditujukan bagi
kepentingan terpenuhinya kebutuhan individu maupun organisasi (bersifat harmonis).
Hal ini berarti, makin besar prestasi yang dicapai makin besar upah yang
diperoleh para pekerja.
Berdasarkan
struktur organisasi dapatlah dibedakan berbagai stel-stel organisasi yang
merupakan pola dasar organisasi. Namun, dalam penerapannya pola ini jaraang
atau tidak dianut secara murni, melainkan merupakan sesuatu kombinasi dan
secara evolusi senantiasa mengalami perubahan didasarkan pada “kondisi
objektif” yang dihadapi oleh organisasi tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian
Organisasi?
2.
Bagaimana
tipe atau bentuk pada organisasi?
3.
Bagaimana
struktur atau skema pada organisasi?
1.3 TUJUAN MASALAH
1.
Untuk
mengetahui pengertian Organisasi.
2.
Untuk
mengetahui Tipe atau Bentuk pada Organisasi.
3.
Untuk
mengetahui Struktur atau Skema pada Organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Organisasi
Organisasi
adalah hasil dari penciptaan kerjasama yang efisien antara orang dan alat-alat
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam pengertian yang lebih
modern, organisasi memiliki makna sebagai keseluruhan hubungan diantar
orang-orang yang secara disadari atau tidak, disengaja atau tidak, bekerja sama
untuk memajukan kepentingan-kepentingan pribadi mereka melalui pencapaian
tujuan tertentu.
2.2 Tipe atau Bentuk
Organisasi
Tipe
Organisasi Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi yang
sudah diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
ukuran satuan kerja. Pada saat
ini Tipe atau Bentuk Organisasi terdapat 6 bentuk organisasi yang perlu
diperhatikan.
Ø ORGANISASI GARIS
Organisasi garis
(hierarki) yang di pelopori H.Fayol merupakan stelsel organisasi yang tertua.
Ciri khas struktur organisasi ini ialah pelaksanaan perintah berjalan secara
vertical mengikuti garis instruksi dari atas ke bawah. Dalam hal ini, setiap
perintah di salurkan melalui garis, yang secara keseluruhan membentuk garis fungsionaris.
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image013.png)
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.png)
Ciri – ciri utama
Organisasi garis adalah :
● Adanya kesatuan
pimpinan, yang berarti setiap partisipan dalam organisasi di pimpin oleh
seorang pemimpin yang berada langsung di atasnya;
● Adanya hierarki
kekuasaan yang jelas, yang berarti setiap individu dalam organisasi adalah
pemimpin dari tenaga kerja yang berada di bawahnya, dan menjadi pelaksana
terhadap atasannya.
Susunan hierarki
kekuasaan ini akan menimbulkan masalah delegasi serta pengaturan yang berkaitan
dengan tugas, wewenang, dan pertanggungjawaban. Delegasi adalah”Pelimpahan
tugas(wewenang dan tanggung jawab)kepada individu – individu yang ada di
bawahnya”, wewenang adalah “Hak atau kekuasaan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu, yang di peroleh baik secara hokum, kekuasaan, pengetahuan, ataupun
pengalaman”. Pada batas – batas tertentu, dalam suatu wewenang terkandung
kesempatan untuk mengembangkan inisiatif atau dengan kata lain individu dapat
mengambil suatu tugas yang akan di laksanakan. Pertanggung jawaban berarti
dapat dimintai tanggung jawab, dengan kata lain dapat memberikan pembenaran
diri atas perbuatan atau situasi yang telah di ciptakannya.
Kaitan diantara delegasi, wewenang,
dan tanggung jawab dapat terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image016.png)
Garis Kekuasaan(Wewenang) Garis Pertanggungjawaban
-
-
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image017.png)
-
-
-
-
-
-
-
-
(Delegasi) (tanggung jawab)
Gambar 2.2 Hubungan
delegasi, wewenang dan tanggung jawab
Organisasi garis
memiliki kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai berikut:
Kebaikan-Kebaikan:
·
Strukturnya
sederhana, jelas , dan mudah terlihat secara menyeluruh.
·
Hierarki
kekuasaannya jelas serta lebih terpusatnya pengawasan pelaksanaan tugas.
·
Adanya
kejelasan pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan tugas.
·
Pucuk
pimpinan senantiasa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang menyeluruh
terhadap orang yang di pimpinnya (yang paling lengkap).
Kelemahan-kelemahan:
·
Adanya
persyaratan bahwa setiap perintah dan laporan (pertanggungjawaban) harus
menempuh hierarki kekuasaan yang biasanya panjang, sehingga dapat menimbulkan
kekakuan dan birokratisme;
·
Pimpinan
yang otokratis akan mudah menghambat kegiatan-kegiatan yang inovatif dan
bawahan;
·
Melimpah
dan beraneka-ragamnya pekerjaan akan menimbulkan beban kerja secara berlebihan
pada pucuk pimpinan;
·
Tidak
adanya hubungan horizontal, akan menimbulkan kesulitan untuk melakukan
koordinasi diantara setiap bagian yang setingkat. Untuk memecahkan masalah ini diadakan
hubungan paralel (passerelle) yang memungkinkan terlaksananya hubungan
horizonntal (secara insidental) atas sepengetahuan pucuk pimpinan.
Perlu diperhatikan
disini bahwa pemusatan pengawasan oleh pucuk pimpinan memiliki
keterbatasan-keterbatasan dalam “daya jangkau” dan “daya penanganan’.
Daya jangkau pemimpin melliputi para
bawahan yang langsung dipimpinnya, sedangkan daya penanganan meliputi kemampuan
pimpinan dalam mengarahkan para bawahannya secara efektif dan efisien. Dahulu,
dalam kaitannya dengan organisasi garis ini, perhatian orang dicurahkan
terutama pada dimensi horizontal yang berkenaan dengan aspek scope of control,
namun dewasa ini dimensi vertikal mendapat perhatian pula berkenaan dengan
sampai sejauh mana pimpinan mampu mengatur dan mempengaruhi kegiatan organisasi
melalui hierarki kekuasaan yang ada. Ini berarti pencurahan perhatian pada
“aspek komunikasi”.
Jelaslah disini bahwa faktor-faktor
seperti volume dan sifat pekerjaan, diferensiasi atau spesialisasi kegiatan
organisasi memegang peranan penting dalam memcahkan masalah keterbatasan daya
penanganan. Untuk menghilangkan keterbatasan daya penanganan pimpinan, dapat
dilakukan penyesuaian struktur organisasi sebagai berikut :
·
Menyisipkan
satu tingkat pimpinan baru;
·
Menempatkan
seorang asisten dalam hierarki kekuasaan yang berfungsi melaksanakan tugas
pimpinan;
·
Memperluas
struktur organisasi baik kedalam bentuk “fungsional” maupun ke dalam bentuk
“garis dan staf”.
Ø ORGANISASI FUNGSIONAL
F.W Taylor dapar
dianggap sebagai penemu organinsasi fungsional yang dikenal juga dengan scientific management. Pengaturan organisasi fungsional ini
dibangun oleh Taylor beranjak dari pengamatannya terhadap kelemahan-kelemahan
organisasi garis yang bersifat kaku serta yang berkaitan dengan msalah daya
penanganan. Tugas pimpinan menjadi terlalu luas serta mengandung keanekaragaman
jenis dan nilai pekerjaan. Tidak seperti halnya Fayol, pengaturan organisasi
yang dibangun oleh Taylor memusatkan pendekatannya pada pimpinan
ditempat-tempat kerja (apa yang disebut shop management). Jadi, Taylor lebih
memusatkan pendekatannya pada tingkat bawah organisasi dan hasil-hasil penemuan
penelitian ilmiahnya dikenal dengan time and motion study (studi waktu dan
gerak) dan material study (studi penggunaan bahan).
Ciri-ciri dari organisasi fungsional
adalah sebagai berikut :
·
Adanya
pemisahan antara pimpinan bagian perencanaan (planning) dan pelaksanaan
(ditempat kerja), dengan tujuan membebaskan mandor kerja dan mandor kelompok
dari pekerjaan-pekerjaan administratif.
·
Adanya
hubungan langsung antara bagian perencanaan dan petugas pelaksana, sehingga
setiap petunjuk dan pengarahan dapat disampaikan langsung kepada para pelaksana
tanpa melalui pimpinan pelaksanaan.
·
Adanya
pembagian tugas pimpinan yang berkaitan dengan pengawasan pelaksanaan pekerjan.
Sistem Taylor dapat
dikategorikan sebagai diferensiasi horizontal berdasarkan fungsi-fungsi yang
ada, dimana struktur organisasi deikelompokkan kedalam :
a. Tiga orang mandor
perencana yang terdiri :
·
Penyiap
kerja (order of work and route lerk/OR) yang bertugas menetapkan tahap-tahap
pelaksanaan kerja seperti urutan kerja, mesin-mesin, dan bahan-bahan yang
diperlukan;
·
Penulis
kartu kerja (instruction card clerk/IC), yang bertugas menyusun kartu-kartu
instruksi (Uraian tugas) secara terinci berdasarkan rencana kerja yang telah
disusun
·
Penghitung
waktu dan biaya (time and cost clerk/TC) yang bertugas menetapkan biaya-biaya
berdasarkan waktu kerja dan penggunaan faktor-faktor produksi.
b.
Empat orang mandor pelaksana yang terdiri dari:
·
Mandor
kelompok (gangboss/GB), yang bertugas melaksanakan segala persiapan bagi
kelancaran jalanannya produksi seperti mempersiapkan mesin-mesin dan penyediaan
bahan-bahan;
·
Mandor
pelaksana kerja (speedboos/SB), yang bertugas memimpin jalannya pekerjaan,
memberikan penjelasan yang diperlukan dan terutama mengawasi kecepatan jalannya
pekerjaan;
·
Inspektur
(inspector/IN), yang bertugas memperhatikan kualitas produk;
·
Mandor
pemeliharaan (repairboss/RB), yang bertugas memelihara dan memperbaiki
peralatan pabrik.
Disamping
ketujuh mandor tersebut terdapat pula mandor tata-tertib kerja (disciplinarian)
yang bertugas disamping mengawasi ketertiban dan kelancaran jalannya pekerjaan,
juga memberikan saran dalam penerimaan kerja. Dengan kata lain, ia berfungsi
sebagai penanggung jawab umum dalam hal yang berkaitan dengan kepegawaian, baik
pada bagian perencanaan maupun bagian pelaksaa, karenanya seperti terlihat pada
Gambar 2.3 ia berfungsi sebagai “mediator” dari kepala bagian.
![]() |
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image019.png)
Gambar
2.3 Bagan struktur organisasi fungsional
Sistem organisasi
fungsional ini menurut Taylor telah gagal dalam mengatasi kelemahan-kelemahan
yang ada pada organisasi garis disebabkan oleh prinsip-prinsip analisis
kerjanya lebih ditujukan untuk mengelompokkan daripada mengintegrasikan
pelaksaan kerja. Memang, kegiatan perencanaan dan pelaksaan pada hakikatnya
merupakan bagian tersebut dari suatu tugas tertentu, namun secara organisatoris
konsekuensi yang akan dihadapi dengan memisahkan kegiatan pimpinan ke dalam
tugas-tugas tertentu, pada umunya akan menimbulkan masalah koordinasi yang
dulit diatasi.
Namun demikian,
sistem Taylor ini telah merangsang ide-ide dalam menangani organisasi. Dalam
hal pelaksaan teknis seperti penggunaan kartu-kartu
instruksi, telah memeperlihatkan hasil yang memuaskan. Di sini dari bagian
perencanaan para pekerja menerima kartu-kartu dimana mereka harus “mencatat”
awal dan akhir pelaksaan suatu tugas tertentu dan bahan-bahan yang telah
dipergunakan, yang semuanya ini akan dijadikan dasar bagi perhitungan harga
pokok. Selanjutnya, dalam hal pengorganisasian kegiatan prodiksi, telah
diterpakan berbagai stelsel dimana hubungan fungsional lebih jelas terlihat
seperti apa yang tampakn pada gambar 2.4 .
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image020.png)
Gambar
2.4 bagan organisasi fungsional kegiatan produksi
Kebaikan dari
pengaturan organisasi fungsional adalah dimungkinkannya pembagian kerja
didasarkan tingkat spesialisasi ini antara lain meliputi:
·
Tidak
adanya kesatuan perintah yang mengakibatkan pengambilan keputusan dan
pengawasan kurang teramati secara menyeluruh;
·
Ketidakjelasan
dalam pembagian tugas secara fungsional akan menghambat kelancaran organisasi
·
Terlalu
menekan inisiatif yang datang dari para pelaksana.
Ø ORGANISASI GARIS DAN STAF
Agar kesatuan perintah dapat
dipertahankan, serta daya penanganan pimpinan dapat diperluas, H. Emerson telah
menyusun stelset organisasi garis dan
staf, yakni suatu organisasi garis yang dilengkapi dengan staf ahli, yang
disusun sebagai fungsionaris staf.
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image021.png)
Bagan organisasi garis dan staf
Organisasi
garis dan staf memiliki pula kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai
berikut:
·
Kesatuan perintah dapat terus dipertahankan;
·
Para fungsionaris garis dapat mencurahkan
perhatiannya pada beberapa aspek tertentu yang dianggap penting.
Kelemahan-kelemahannya,
antara lain:
·
Tidak tertutup kemungkinan para staf ahli
bertinda diluar batas kewenangan sebagai pemberi nasihat, terutama dalam
menangani hal-hal yang sangat spesifik dan kompleks, akan mengakibatkan
fungsionaris staf dapat berperan sebagai fungsionaris garis;
·
Ada kemungkinan nasihat-nasihat yang
diberikan bersifat terlalu teoritis sehingga sulit untuk bisa diterapkan,
terutama dalam kondisi dimana fungsionaris garis selalu ingin mengukuhkan
otoritasnya, sehingga para staf ahli terpaksa memberian dukungan dengan
menyampaikan abstraksi teoritisnya.
Untuk
mengatasi permasalahan pada butir pertama diatas, disini wewenang staf dapat
dialihkan menjadi wewenang fungsional terhadap fungsionaris garis. Keadaan ini
terutama didorong dalam menghadapi situasi yang kompleks, dibutuhkannya
pengetahuan yang spesifik yang dalam praktiknya sering terjadi bila bagian
tertentu organisasi dirasakan kegunaannya oleh yang lainya (bagian personalia
dan administrasi pusat). Dalam hal ini, wewenang
fungsional mengandung dua aspek, yaitu:
·
Kewajiban untuk memberikan saran-saran tanpa
diminta terlebih dahulu;
·
Hak untuk memberikan instruksi (yang dianggap
mendesak) bagi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan tertentu kepada
individu-individu atau bagian-bagian yang tidak secara langsung berada dbawah
kewenangannya, seperti adanya instruksi mengenal ketentuan untuk melaksanakan
kebijakan atau cara kerja tertentu dalam rangka mencapai suatu uniformitas
pelaksanaan kerja.
Perlu diperhatikan pola
dalam wewenang fungsional ini, para staf hanya bertanggung jawab terhadap
“mutu” dari instruksi yang diberikan dan berkaitan dengan pelaksana pekerjaan
dari instruksi tersebut. Jika penggunaan wewenang fungsional ini acapkali
diterapkan, maka hal ini disebut sebagai stelsel organisasi garis dan staf
fungsional. Seperti terlihat pada gambar berikut:
![](file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image023.jpg)
Ø SISTEM KOMITE
Sejalan dengan semakin bertambahnya
permasalahan kompleksitas organisasi yang diikuti dengan bertambahnya jumlah
para fungsionaris garis dan staf (fungsional), maka timbulah kebutuhan perlunya
musyawarah bersama dimana situasi dan kondisi yang ada dalam stelsel-stelsel
yang telah dibahas dapat diperbaiki sehingga perkembangan organisasi dapat
direncanakan dengan lebih baik lagi.
Musyawarah bersama dilaksanakan
dalam bentuk komite atau komisi yang bertugas membahas permasalahan organisasi,
atau menentukan kebijakan dalam meghadapi situasi tertentu, baik secara
periodik maupun pada masa-masa kritis atau insidentil. Komisi-komisi ini pada
hakikatnya tidak merupakan stelsel yang berfungsi mandiri, namun melalui jangka
waktu panjang dapat memiliki pola struktur tertentu. Komisi-komisi ini dapat
berbentuk antara lain:
·
Kelompok
kerja yang terdiri dari individu-individu dari berbagai fungsi organisasi untuk
pengambilan keputusan bersama. Kelompok kerja ini dapat disusun secara
horizontal (pada tingkat hierarki yang sama), vertikal (pada tingkat hierarki
yang berbeda) ataupun kombinasi dari keduanya.
·
Kelompok
studi yang dibentuk secara temporer dan bertugas meneliti masalah-masalah
tertentu yang sudah diagendakan, untuk kemudian diajukan pada pimpinan dalam
bentuk saran-saran.
·
Kelompok
penghubung yang bertugas untuk memperbaiki dan meningkatkan koordinasi
pelaksanaan pekerjaan dari berbagai bagian, misalnya komisi produk.
·
Kelompok
instruksi yang bertugas menyusun kelompok-kelompok instruksi dengan maksud
mempersiapkan para pegawai memasuki sistem kerja otomatisasi.
·
Kelompok
pengarah atau komisi proyek yang sering ditemui jika perusahaan ingin mengubah
sistem pekerjaan (otomatisasi), sistem organisasi (reorganisasi) maupun
perluasan organisasi intern-ekstern
Istilah
“komisi” dalam organisasi masih memiliki citra yang kurang baik, terutama
akhir-akhir ini banyak orang yang menganggap pembentukan komisi hanyalah
sekedar dalih untuk mengalihkan perhatian orang dari permasalahan yang
sesungguhnya. Namun demikian, hal ini sangat bergantung pada apa yang
diharapkan atau dituju organisasi “komisi” tersebut.
Agar
sistem komisi dapat berfungsi dengan baik, ada beberapa persyaratan pokok yang
perlu dipenuhi, yakni:
·
Tujuan
komisi harus diuraikan dengan jelas.
·
Adanya
pembatasan kelompok yang jelas.
·
Komposisi
anggota kelompok harus seimbang serta jumlahnya dibatasi (5-7 orang).
·
Adanya
tenaga inti yang tetap dalam kelompok.
Sistem
komisi mengandung pula kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai
berikut:
Kebaikan-kebaikannya
antara lain:
·
Memperluas
wawasan analisis.
·
Meningkatkan
koordinasi dan kontinuitas organisasi.
·
Memberikan
peluang penanganan masalah yang lebih ke integrasi.
Kelemahan-kelemahannya
antara lain:
·
Adanya
peningkatan biaya.
·
Terlalu
banyak kompromi oleh karenanya, secara periodik efektivitas musyawarah perlu
dievaluaso.
Ø ORGANISASI MATRIKS
Sistem organisasi yang dibangun
berdasarkan struktur komisi secara terus-menerus dikenal dengan nama
“organisasi matriks” dan umumnya dijumpai pada badan-badan usaha yang memiliki
beberapa satuan kegiatan produksi yang bersifat otonom. Tujuan pokok dari
organisasi matriks adalah untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada
dalam stelsel organisai garis sebagai akibat “langkanya” koordinasi
antarbagian, terutama dalam kegiatan proses produksi.
Pada sistem matriks ini, disamping
sebagaimana biasanya secara vertikal
struktur organisasi disusun berdasarkan pemilahan fungsi-fungsi yang ada
(diferensiasi), juga secara horizontal diadakan jaringan hubungan tetap antar fungsionaris
yang bertanggung jawab terhadap produk-produk atau proyek-proyek tertentu.
Disamping itu, mudah terjalin “alih pengetahuan dan pengalaman” dari satu
proyek ke proyek lain.
Dengan demikian, sistem ini memiliki
bentuk seperti halnya pada model matriks ilmu pasti yang menggambarkan
hubungan-hubungan sejumlah faktor tertentu yang terdapat dalam kaitan ini. Di
satu pihak menggambarkan diferensiasi fungsional, dan dipihak lain terdapatnya
keterlibatam para ahli dalam penanganan proyek atau produk tertentu.
Pimpinan proyek dalam melaksanakan
tugasnya meminta bantuan individu-individu yang berada pada bagian fungsional
(walaupun tidak seluruhnya). Dengan demikian, individu-individu tersebut yang
terlihat dalam kelompok proyek ini memiliki dua atasan, yakni pimpnan proyek
(diproyek) dan pimpinan fungsionaris (dibagian). Dalam hal ini kejelasan
wewenang dan tanggung jawab setiap pihak sangat diperlukan agar terciptanya
kelancaran kerja. Sistem matriks mengandung pula kebaikan-kebaikan dan
kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut:
Kebaikan-kebaikannya
antara lain :
·
Adanya
fleksibilitas, dimana stelsel ini dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap
perubahan volume kesibukan organisasi dalam mengelola proyek-proyeknya.
·
Penempatan
tenaga fungsional dapat lebih terkoordinasi dengan lebih baik.
·
Proses
pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat.
·
Pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan dan pengeluaran biaya dapat lebih terkendali.
Kelemahan utamanya
adalah tidak adanya kesatuan perintah. Namun, pada hakikatnya tidak ada satu
pun stelsel organisasi yang dapat berfungsi sebagai alat pemecahan masalah jika
tidak didukung oleh kesiapan dan kesediaan para partisipannya.
2.3 Struktur atau Skema Organisasi
Struktur organisasi adalah sekumpulan komponen-komponen
(unit-unit kerja) yang telah disusun dalam organisasi. Struktur organisasi
berguna untuk menunjukkan adanya beberapa pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda agar bisa
dikoordinasikan . Selain itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Struktur Organisasi juga merupakan suatu kerangka yang
menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan
organisasi, yang berhubungan dengan fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk
mencerminkan mekanisme-mekanisme formal pada pengelolaan organisasi
Menurut Keith Davis ada 6 bagan bentuk struktur
organisasi yaitu :
1.Bentuk Vertikal
Dalam bentuk ini, sistem organisasi pimpinan sampai
organisasi atau pejabat yang lebih rendah digariskan dari atas ke bawah secara
vertikal.
2.Bentuk Mendatar / Horizontal
Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk
pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun
atau digariskan dari kiri kea rah kanan atau sebaliknya.
3.Bentuk Lingkaran
Dalam bentuk lingkaran, saluran wewenangnya dari pucuk
pimpinana sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun
dari pusat lingkaran ke aarah bidang lingkaran.
4.Bentuk Setengah Lingkaran
Dalam bentuk ini, saluran wewenang dari pucuk pimpinan
sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat
lingkaran kea rah bidang bawah lingkaran atau sebaliknya
5.Bentuk Elliptical
Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk
pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah digambarkan
dengan pusat Elips kearah bidang elips
6.Bentuk Piramid terbalik
Dalam bentuk ini, saluran wewenang dari pucuk pimpinan
sampai dengan organisasi atau pejabat terendah digambarkan dalam susunan
berbentuk piramid terbalik.
Skema atau bagan organisasi adalah suatu lukisan
tentang organisasi yang dimaksudkan untuk menggambarkan susunan dari organisasi
baik mengenai fungsi, bidang, tingkatan maupun rentang kendalinya.
Macam-macam Skema Organisasi:
1. Skema Organisasi Fungsional: Dalam skema organisasi
fungsional, menjelaskan tentang letak dari fungsi-fungsi tugas dalam
hubungannya dengan fungsi-fungsi yang lain.
2. Skema Organisasi Jabatan Dalam skema organisasi
jabatan, menjelaskan tentang garis wewenang yang harus dianut sesuai dengan
jabatan masing-masing.
3. Skema Organisasi Nama Dalam skema organisasi nama,
menjelaskan tentang garis wewenang yang harus dianut sesuai dengan nama-nama
para pejabat yang bersangkutan.
4. Skema Organisasi Nama dan Jabatan Dalam skema
organisasi nama dan jabatan, menggabungkan antara masing-masing jabatan dengan
masing-masing nama para pejabat dalam suatu organisasi.
5. Skema Organisasi Struktur Dalam skema organisasi
truktur, menjelaskan tingkatan jenjang antara unit-unit dalam organisasi
tersebut
Berdasarkan teknik atau cara membuatnya:
1. Skema organisasi Tegak Lurus dari atas kebawah
2. Skema organisasi Mendatar dari kiri kekanan
3. Skema organisasi gabungan Tegak Lurus dan Mendatar
4. Skema Organisasi Lingkaran
5. Skema Organisasi Gambar
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
Organisasi adalah hasil dari
penciptaan kerjasama yang efisien antara orang dan alat-alat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dalam pengertian yang lebih modern, organisasi
memiliki makna sebagai keseluruhan hubungan diantar orang-orang yang secara
disadari atau tidak, disengaja atau tidak, bekerja sama untuk memajukan kepentingan-kepentingan
pribadi mereka melalui pencapaian tujuan tertentu.
Tipe Organisasi Didefinisikan sebagai
mekanisme-mekanisme formal organisasi yang sudah diolah. Struktur ini terdiri
dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau
desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Struktur organisasi adalah
sekumpulan komponen-komponen (unit-unit kerja) yang telah disusun dalam
organisasi. Struktur organisasi berguna untuk menunjukkan adanya beberapa
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan
yang berbeda-beda agar bisa dikoordinasikan . Selain itu struktur organisasi
juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Widyatmini & Izzati A, Pengantar Organisasi & Metode,
Jakarta: Gunadarma, 1996.
Prof. Dr. Faisal
Afiff, Spec. Lic. Prof. Dr. R. Paemeleire. L. Uytterschaut, Seluk Beluk
Organisasi Perusahaan Modern, Bandung: PT Eresco, 1994.
Komentar
Posting Komentar